Saya punya teman, sahabat paling muda yang ceria dengan caranya sendiri.
  Usianya beranjak menuju 4 tahun. Nama lengkapnya, tidak pernah saya  
tau. Namanya Agib, Agib adalah cucu dari Ibu pemilik Kost di area Ngeumong  Cafe and Library.
 Dan kita punya kesamaan yang banyak, mungkin  mirip saya waktu kecil; 
sekitar krayon, bercerita tentang gambar yang  dibuat susah-payah, lalu 
beratraksi menjadi barang-barang sekitar atau  meniru benda yang dia 
gambar -- kata Agib "Agib lagi jadi kursi,  didudukin orang-orang, 
dieeem aja." Agib memang unik, jago menggambar  namun tidak kenal huruf 
dan angka dan ... Si Agib, jarang mandi! Bau!  Apalagi kepalanya, bau 
matahari nempel sampe malem, sebab ga mandi dan  kabur terus kalo 
disuruh mandi sama Si Ibu. Haha, penerus aing! Mana ada  orang yang 
bilang mukanya mirip dengan saya pula, kasian dong kalo  mirip, untung 
tuh bocah kulitnya putih -- kalo item, yah ampun deh,  kembar jadinya ma
 gue.
"Om Galiiiihh, Agib gambar dooong." Seperti biasanya dia 
muncul sore  sekitar pukul 3, dengan langkah kakinya yang tidak bisa 
berjalan dengan  lambat. Langsung saja dia dengan tidak basa-basi, 
menuju saya yang  sedang duduk tidak melakukan apa-apa jadi tambah cerah
 dengan tingkahnya  yang petakilan, sebab ini bocah seenak-jidat saja 
ambil posisi duduk di  paha saya, sambil merajuk minta diambilkan kertas
 dan krayon sambil  menarik-narik baju. Ya terpaksa sudah harus menurut.
Yang unik adalah gambar-gambarnya dan celotehnya sepanjang dia  
menggambar atau setelah menggambar. Tidak menggambar pegunungan, ia  
cenderung menggambar gambar yang tidak saya mengerti dia menggambar apa,
  pilihan warnanya pun tidak seperti anak-anak seusia dia yang tertarik 
 pada warna kuning, merah, oranye, biru dan hijau. Ia cenderung  
menekankan pada latar suasana yang surealis dari pikirannya, oh saya  
pikir biarkan saja, tidak aneh kok. Mungkin, sesuai dengan Agib yang  
jarang bicara banyak hal, terkecuali tentang gambar.
Dia menggambar persimpangan jalan, 4 arah jalan, dengan warna abu-abu. Gambar  apa nih, Gib? Agib menjawab "Gambar jalan."  Terus?
 "Rel  kereta api!" rel kereta api yang melintang dari pojok kanan atas 
sampai  kiri bawah, memotong 2 jalur jalan persimpangan di sebelah kanan
 gambar.  "Ini jalan kereta, Agib suka naik kereta." Tapi, keretanya 
tidak pernah  ia gambar. Dia juga menggambar gang-gang kecil yang tidak 
menyambung  dengan arah jalan, di samping kiri atas berbentuk mirip 
seperti jaring  laba-laba, "Ini jalan tikus, banyak tikusnya nih Om!" 
Lalu dia  menggambar manusia berkepala besar di sebelah kanan bawah 
dengan mata  bulat plintat-plintut, tangan yang menengadah, kaki yang 
kecil sekali,  semuanya satu garis "Ini Agib!"
Terus terang 
gambarnya aneh. Lalu habis itu, dia praktekan semuanya  dengan 
gerakan-gerakan aneh. Jadi rel kereta api, lalu beberapa menit  kemudian
 jadi persimpangan jalan, beberapa menit kemudian jalan tikus,  dan dia 
sendiri pada kesimpulan akhir gambarnya. Semua dilakukan dengan  diam, 
kalau ditanya jawabannya singkat "Ini Agib jadi rel kereta api."  
Semuanya dilakukan dengan hening dan penuh penghayatan dari Agib.  
Hahaha. Tidak bisa diganggu... Anak yang unik, tidak melawak namun  
memang unik sampai saya terpingkal-pingkal dan dia sangat serius dengan 
 apa yang dia perbuat. Saya yakin, nanti dia jadi anak yang cerdas.  
Meskipun agak aneh. Hahahaha. Mungkin cocok untuk jadi pemain Pantomim  
suatu hari nanti. Mari berkenalan dengan Agib si jenius!
-
 Galih Su. Rindu gambar bareng dengan si Bocah Tengil Aneh, Agib. Juni 
Agib bersiap pindah menuju Jawa, seperti katanya "Om Galih, Agib nanti 
pindah..." Saya bakal kehilangan kamu, Gib...
20  Mei 2010      
No comments:
Post a Comment