Saturday, December 1, 2012

CATATAN MENGAJAR 25 OKTOBER 2012


Video teman-teman dari Kelompok Bengkirai sedang menyanyi lagu buatan mereka

Sudah satu bulan ini, akhirnya saya kembali aktif 'mengajar' yang lebih nyaman sebetulnya menemani anak-anak daripada disebut mengajar. Banyak kejutan yang saya temui dan tidak sedikit juga menemui kendala, yakni kendala harus menyesuaikan diri kembali dengan anak-anak, sebab sedari Idul Fitri sampai akhir bulan September saya tidak masuk sekolah; cukup lama absen dan bikin saya kangen... betul-betul kangen sama anak-anak.

Meski bingung dan masih lemas pada bulan pertama masuk sebab baru saja sehat, beberapa anak kelas 1 yang kini sudah kelas 2 meledek saya di amphy-teather, mereka nyanyi sambil bisik-bisik, Di masa depan, ada banyak pohon, robot-robot pintar dan kulkas pemasak. beberapa anak lain tertawa, salah satu anak melanjutkan bernyanyi dan tetap nyanyi bisik-bisik, Hey! robot penanam bunga! Rumahku di angkasa, sekolah pakai jetpack! mereka bernyanyi lagu karangan mereka ketika mereka kelas 1 SD, lagu yang dibuat mereka bersama saya .... ah sial! Anak-anak ini berhasil bikin saya senyam-senyum dan melanjut duduk mendekat pada mereka sambil nyanyi bareng lagu Bumiku Di Masa Depan yang mereka nyanyikan tadi ... ah gara-gara anak-anak ini, pingin rasanya segera aktif lagi dan segera masuk kelas mereka.


***

Selama saya tidak mengajar, saya membuat lagu sesuai tema yang sedang dijalankan di sekolah, yakni: Petuangan ke Padang Rumput, tema yang sedang dilakukan kelas 1 sampai kelas 6; judul lagu yang saya buat yakni Si Rumput. Hari itu, pemanasan untuk pertemuan nanti, dalam pertemuan pertama saya mengenalkan lagu Si Rumput pada kelas 1, 2, 3 dan 4. Respon anak-anak hari itu menyenangkan, mereka menepuk-nepuk paha dan bertepuk tangan sesuai irama musik. Hmm..., padahal lagu ini tidak PD saya bawakan, sebab saya sedang coba-coba nada baru, saya contek dari cara petik gitar a'la Jesca Hoop yang dikenal sebagai musisi Freak Folk dan sebetulnya nada yang dipakai tidaklah nada kanak-kanak pada gitar dan justru sedikit freaky, namun respon teman-teman kita ini terbalik, mereka sangat menerima nada miring. Justru nada seperti ini yang banyak memberikan kelowongan pada rhytm, hasilnya membuat anak menjadi aktif mengisi kekurangan nada ini dengan ketukan yang mereka mainkan saat bernyanyi. Ini referensi baru juga buat saya kelak untuk membuat lagu anak setelah ini.

***

Dua minggu berlalu. Saatnya saya mengajar kelas 5, 6 dan 7. Hari itu, saya saya menawarkan mereka membuat lagu bersama, namun dengan bahasan yang jauh lebih kompleks. Jika semester sebelumnya menekankan pada eksplorasi membuat lirik, maka kali ini... mengapa tidak kalau referensi kata-kata mereka diuji?

Saya membuat 3 kolom di papan tulis: KHAS, MASALAH, SOLUSI. Saya menuliskan pendapat mereka mengenai Bandung dari 3 sodoran wacana.

Di kelas 7. Ajang membuat lagu bersama ini, sangat membantu daya kompetisi anak baik dari pengetahuan, pemilahan kata, metafora dan kecocokan nada. "Bandung khas dengan kekayaan peninggalan prasejarah seperti Gua Pawon, Kak." lalu, anak-anak melanjutkan, "Harus ada reboisasi, irigasi, sumur resapan, menghemat air." dan lain sebagainya. Pokoknya hari itu sangat seru! Sampai ada yang begini "Kak, nadanya bukan begituuu, tapi begini... (ia menyumbangkan nada untuk lagu yang mereka buat) lebih enak kan, Kak?" anak lain melihat adegan ini ada yang sampai bilang, "Kok kebalik sih. Kok Kak Galih kayak muridnya?" Haha... Dan berlanjut, "Ganti aja itu kata kota lampu, biar keliat kota ini sekarang ramai, diganti aja kata kota lampu jadi kota cahaya di waktu malam hari." Waw..., nalarnya bagus!

Baiklah. Ini contoh lirik dari lagu berjudul Kota Cahaya yang dibuat kelas 7:

Dahulu, 
kota ini, 
danau purba,
parahyangan

kini menjadi kota cahaya,
di waktu malam hari.

Link rekaman lagunya menyusul ya :)

***

Kelas 5 dan 6 adalah kelas selanjutnya yang membuat lagu. Tadinya ingin membuat lagu mengenai Padang Rumput, sayangnya sebab kelas 5 dan 6 disatukan dalam satu kelas ketika Kelas Musik, dan tema kelas 5 dan 6 ternyata berbeda, tidak mengenai Padang Rumput. Apa boleh buat, saya sodorkan solusi saja "Bagaimana kalau buat lagu tentang Bandung?" Sama dengan kelas 7. Anak-anak memberi judul lagu mereka: Bandung Kota Kita.

Diskusi memanas tidak berapa lama, saya diserang dengan acungan tangan dan puluhan suara anak-anak, sampai tidak tau harus siapa dulu yang didengar, haha. Kata mereka "Bandung itu perlu sekali ada Hutan Kota yang lebih banyak, Kak." temannya menyahut mengacungkan jempol, alisnya naik-turun, matanya melotot, sebab anak ini perjuangannya cukup berat terlihat dari mimik mukanya, jadi saya tunjuk, "Kak! Kita mesti bisa mengolah sampah yang tidak bisa hancur seperti plastik menjadi pupuk! Tong-tong sampah harus banyak, biar gampang kalo ngebuang sampah, ga sampe nyari-nyari." Yang lain, "Tidak boleh ada apartemen di lingkungan tempat tinggal penduduk!" Wah, setelah itu, jadi makin panas suasananya... acungan tangan dan pendapat menjadi tidak ada henti-hentinya.

Akhirnya, mereka berhasil membuat setengah lagu (sebab kita hanya bertemu satu jam saja, sayang ya?). Kata awalnya agak mirip dengan kelas 7, namun nada lagunya lebih tegas. Sepertinya kelas 5 dan 6 punya karakter yang meledak-ledak dari pemilahan nada. Saya bilang "Kalian serius pilih nada ini? Country?" mereka dengan serempak bilang "Iya!" sambil manggut-manggut berjamaah.

Nah, ini lirik setengah jadi mereka:

Dulu Bandung tertata rapi,
bangunan bersejarah
kaya budaya.

Gua Pawon, Braga, Tahura, Tangkuban Parahu...
(karena waktu tidak cukup, lagu ini masih bersambung, di 2 minggu pertemuan selanjutnya)

***
Saatnya masuk kelas 4. Kelas 4, unik, mereka bikin cerita pendek buatan mereka sendiri yang dibuat bersama-sama, judulnya: Bengki dan Kirai. Yang terjadi di kelas ini lucu, yakni membuat lagu dari cerita yang ada di cerpen mereka. Teman-teman bercerita kisah tentang Bengki dan Kirai bertualang ke Negeri Padang Rumput, bertemu Ledo Si Lebah, diajak ke rumah pohon lalu bertandang dan bermain bersama Heneky si Kurcaci dan masih panjang ternyata ceritanya... Saya dibantu Kak Iden menjelaskan kegiatan teman-teman kelas 4 yang membuat cerita petualangan ini sambil memasukkannya menjadi bagian lirik lagu. Ketika saya bermain gitar dan teman-teman menyanyikan lagu Petualangan Bengki & Kirai, salahsatu anak mendehem nada yang berbeda. Saya bilang "Wah, itu nadanya bagus banget... dijadiin reff ya?"

Pokoknya satu bulan ini, satu bulan yang seru. Semoga lain waktu mereka bisa bikin lagu lebih banyak lagi ya. Ini lagu karya kelas 4:

Bengki dan Kirai, dua orang penjelajah,
Di rumah pohon, bertemu Heneky!
Ditemani Ledo si lebah cerdik.
Inilah petualangan kita.

Kuku... kukuku... kukuku....
kuku, kukuku...

Kata teman-teman kelas 4. "Kak, nanti lagunya kita panjangin lagi!" Oke deh! :)

Dokumentasi lagu, KLIK di sini

- Galih Su, 25 Oktober 2012

No comments:

Post a Comment