Menyelam dan Tumbuh
Tempatku di dalam mata air,
lebar kulihat terang matahari.
Jariku menyentuh matahari,
yang berenang tenang di mata air.
- Di antara udara, di antara tanah.
Tempatku di dalam mata air,
lebar kulihat terang matahari.
Jariku menyentuh matahari,
yang berenang tenang di mata air.
- Di antara udara, di antara tanah.
Galih Su, 2 Januari 2011. Remake dari Night, Secret, Patient And Float - November 2009
Lagu ini remake. Tadinya judulnya Night, Secret, Patient And Float.
Lagu itu tentang bersabar, menjaga rahasia diri agar segala yang
terhubung dengan diri tetap terjaga satu dengan yang lain, juga tentang
hidup di waktu malam yang tenang yang selalu membuat saya selalu
berangan dan berpikir menjadi seseorang yang dewasa, kelak. Sebelum lagu
ini berubah judul dan berubah lirik (tadinya tidak berlirik).
Lagu ini dibuat ulang dengan judul Menyelam Dan Tumbuh. Sebab, mimpi pertama saya di awal Januari adalah mencuri bulan. Ceritanya begini:
Dua
sahabat saya bilang saya harus menghapus bulan. Mereka bilang "Gal,
curi bulannya!" saya bilang "Ada apa dengan bulan?" mereka menjawab
"Bukan bulannya, Gal." Saya bingung, maksud mereka apa? ... Atas dasar
tidak mau ambil pusing, jadi saya segera menggenggam bulan dan hup! Bulan, hilang begitu saja.
Ada
sedikit kekhawatiran sebetulnya setelah bulan hilang akibat saya.
Perlahan-lahan suasana berubah menjadi pagi setelah bulannya hilang dari
malam. Memang dasar mimpi, dua teman saya pun hilang begitu saja, tapi
entah mengapa saya kepingin bilang "Terimakasih." Tapi ya sudahlah,
kadang terimakasih tidak perlu pakai batasan orangnya ada atau tidak,
berterimakasih sajalah meskipun dua teman saya itu tring! zaaaaap! hilang!
Bunyi degup ratusan pasang kaki membentuk asap-debu. Terlihat ratusan kepala-kepala mahluk yang berlarian drap drap drap! mengejar
saya. Saya sontak takut dan berlari. Mereka seperti membawa kebencian,
saya pikir sambil berlari "Kebencian macam apa? Sebab bulan yang saya
curi?" Uff, tepatnya yang saya hilangkan!
Mereka
bawa tombak runcing-runcing, baju mereka serba putih, wajah mereka
cantik-cantik dan tampan-tampan. Sempat saya pikir "Mereka orang baik?
Sebab, mereka pakai baju putih dan tidak berwajah buruk?" Ups! Ketika
saya lihat lebih teliti arah belakang "Mereka tidak memiliki mata,
mereka buta!" Saya bilang dalam hati sambil berlari "Buta?!"
Semua
daerah ini hanya tanah kering. Pagi dengan udara yang sejuk, namun
mulai ditutup debu. Saya berlari sampai mata ini melihat genangan air,
tepatnya kolam kecil, saya segera masuk ke sana, menenggelamkan diri.
Suara degup orang-orang berlarian mendengung samar dari bawah air Dum! Bung! Bum! dan semakin menghilang.
Genangan
ini berubah menjadi danau, airnya jernih dan seperti terus
mengeluarkan air, hingga lama-kelamaan banyak ikan-ikan bermunculan,
terumbu karang yang dipenuhi rumput laut, para ubur-ubur yang menyapa
"Oi Galih!" Wow! Kehidupan laut jadi semakin banyak dan
banyak. Saya takut kehabisan nafas, nyatanya ketika saya membuka mulut,
saya bisa bernafas memakai air. Saya bisa bebas menyapa yang hidup di
dalam air sana, berbagi banyak cerita (meskipun ketika saya bangun
tidur, saya lupa saya bercerita apasaja).
Sosok
seperti Tinker Bell datang dari atas air. Namun Tinker Bell tidak
seperti di film Peter Pan yang setiap geraknya mengeluarkan
cahaya-cahaya besi. Tinker Bell mengetuk-ngetuk kepalanya, matanya
tajam melihat mata saya, membuat Tinker Bell ini penuh memenuhi seluruh
pandangan mata, "Thinker Bell, Galih. Bukan Tinker Bell! Tapi, Thinker
Bell!" Thinker Bell tersenyum dengan kalimat yang membuatnya puas, ia
mendecak dan pergi begitu saja. Hari yang aneh, ujar pikiran saya.
Perlahan,
tanpa saya sadari. Dunia ini sudah menjadi lautan yang luas, lalu
kembali mengecil menjadi danau. Kura-kura hilir mudik di atas kepala
saya dan menyapa seperti para ubur-ubur "Oi, Galih!" Wow! Saya
menyapa mereka kembali sambil mendongak dan melambaikan tangan.
Matahari seperti berenang di atas air ketika saya lihat, semakin
melebar cahayanya. Saya menunjuk, rasanya seperti menyentuh matahari
yang sedang berenang-renang. Di sini, tidak perlu terbang untuk ke
matahari, tunjuk saja.
Saya
kembali menyelam lebih dalam, sampai matahari lebih terlihat kecil dan
jauh. Ubur-ubur, ikan-ikan, terumbu karang semakin terlihat besar.
Ternyata saya yang semakin mengecil. Menyelam lebih dalam dan terus
lebih dalam, sampai air ini bukan lagi bening namun berwarna biru dan
suasana semakin dingin namun membuat saya tenang. Semakin tenang.
Terlihat Thinker Bell hanya sebesar titik spidol, hanya terlihat
segaris, ia terbang di atas air, meniup balon-balon gelembung sabun.
Hari sudah kembali sore menuju malam ketika saya melihat Thinker Bell
di atas sana dengan bulan yang sudah kembali utuh memendar cahaya lebih
redup dari bulan sebelumnya. Entah, ada sesuatu yang tumbuh dari tubuh
yang semakin mengecil, ada rasa yang bebas ketika tubuh ini terus
mengecil, ada rasa tenang dari keadaan apapun yang pernah ada. Rasanya
seperti bertemu Tuhan. Dan,
Saya terbangun dari tidur.
Saya tidak perlu bermimpi menjadi sesuatu yang besar. Ketika saya mengecil, saya melihat segalanya lebih detail.
GALIH SU, 5 MARET 2011
No comments:
Post a Comment